Memasuki awal tahun 2016 kondisi pasar tinplate membaik bagi Latinusa, hal ini terlihat pada volume penjualan yang naik 20,7% pada kuarta 1 2016 jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu, meskipun nilai penjualan turun tipis sekitar 1,23% pada kuartal 1 2016 jika dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu namun Latinusa masih mendominasi pangsa pasar tinplate di Indonesia.
Semester 1 tahun 2016 Latinusa membukukan keuntungan dengan perolehan penghasilan komprehensif sebesar USD 746 ribu naik drastis 137% jika dibandingkan semester yang sama tahun lalu dengan memperoleh penghasilan komprehensif sebesar negatif USD 2,037 ribu. Meskipun penjualan neto mengalami penurunan sekitar 10% jika dibandingkan dengan semester yang sama tahun 2015, namun laba bruto naik sebesar 34% dari USD 3,229 ribu pada semester 1 tahun 2015 menjadi USD 4,314 ribu di semester yang sama tahun 2016.
Meskipun nilai penjualan neto mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu, namun sampai dengan kuartal ke - 3 tahun 2016, Latinusa mampu memperoleh laba bersih sebesar USD 1.770 ribu, yang lebih baik jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu dengan perolehan rugi sebesar USD 6.610 ribu.
Kondisi persaingan bisnis masih terus menjadi tantangan Latinusa saat ini. Gempuran produk tinplate impor dengan harga yang sangat kompetitif terus membanjiri pasar domestik yang berdampak signifikan pada kinerja penjualan Latinusa pada kuartal 1 2015 dengan mencatat USD 35.680 ribu, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun 2014 sebesar USD 46.420 ribu.
Hingga semester 1 perekonomian global masih mengalami penurunan yang mengakibatkan menurunnya permintaan pasar seperti pada sektor industri properti, makanan dan minuman serta otomotif. Menurunnya permintaan pasar pada sektor ini mengakibatkan menurunnya permintaan tinplate pada semester 1 2015, namun Latinusa masih mampu mempertahankan pangsa pasar tinplate pada kisaran 64%.
Sampai dengan kuartal ke-3 2015 berkurangnya permintaan tinplate serta harga impor yang masih sangat kompetitif masih mewarnai pasar tinplate domestik di Indonesia, hal ini yang menyebabkan menurunnya nilai penjualan Latinusa di kuartal ke-3 tahun 2015 jika dibandingkan dengan tahun lalu pada kuartal yang sama. Perolehan nilai penjualan hingga kuartal ini mencapai USD 104.623 ribu berkurang sekitar USD 19.227 ribu jika dibandingkan dengan nilai penjualan hingga kuartal ke-3 tahun 2014 yang mencapai USD 123.850 ribu.
Tahun 2014 merupakan tahun dimana Latinusa berhasil melakukan upaya pengajuan petisi anti dumping kepada Pemerintah, yaitu dengan telah dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan yang ditetapkan pada tanggal 15 Januari 2014 yang berlaku efektif setelah 30 hari terhitung sejak tanggal diundangkan. Upaya ini dilakukan, karena adanya gempuran produk import dengan harga yang sangat kompetitif yang berdampak menekan keuntungan Latinusa.
Semester 1 2014 terlihat kecenderungan pasar tinplate dunia menurun, sebagai akibat menurunya permintaan yang menyebabkan harga tinplate pasar menurun, terlihat dari penjualan bersih pada semester 1 2014 sebesar USD 88.232 ribu, jika dibandingkan dengan semester yang sama tahun lalu sebesar USD 89.866 ribu.
Sampai dengan kuartal ke-3 nilai penjualan tinplate mengalami penurunan dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu dari USD 129,491 ribu kuartal ke-3 tahun lalu menjadi USD 123,850 ribu pada kuartal yang sama tahun ini, hal ini disebabkan karena harga tinplate impor yang sangat kompetitif, sehingga menyulitkan Latinusa dalam menjual tinplate di pasar domestic.
Awal Tahun 2013 merupakan langkah baru bagi terlaksananya strategi Latinusa untuk membenahi kerugian ditahun 2012, terbukti pada kuartal 1 tahun 2013 Latinusa dapat membukukan keuntungan dengan laba bersih sebesar 552 ribu Dolar AS jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun 2012 yang membukukan kerugian sebesar 1.536 ribu Dolar AS.
Pada semester 1 tahun 2013 penjualan kami mengalami kenaikan terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri sehingga permintaan tinplate khususnya pada segmen makanan mengalami kenaikan. Selain itu Latinusa juga telah menerapkan QCDD (Quality, Cost, Delivery, Development) dan juga penetrasi pasar sehingga target penjualan dapat tercapai pada semester 1.
Kondisi tak terduga terjadi pada kuartal 3 ini, dimana fluktuasi kurs terjun bebas yang menyebabkan Latinusa mengalami kerugian menjadi USD 1.071 ribu. Namun jumlah kerugian ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun 2012 yang terperosok hingga USD 6.944 ribu.
Awal tahun 2012 masih menyisakan dampak dari krisis finansial global, yang menyebabkan penjualan kami menurun sekitar 7% dari kuartal yang sama tahun 2011. Laba kotor terlihat meningkat sekitar 21% dibandingkan dengan tahun lalu karena beban pokok penjualan berkurang sebagai akibat dari menurunnya tonase penjualan yang mencapai 22.998 MT. Hal ini diakibatkan oleh membanjirnya tinplate impor dipasar domestik dengan harga yang sangat kompetitif sehingga kami mengalami kesulitan untuk memasarkan tinplate.
Kondisi perekonomian global terutama yang terjadi di negara Eropa hingga saat ini masih belum dapat diprediksi menuju kearah yang lebih baik, hal ini berimbas pada perekonomian di Asia terutama di China karena berkurangnya permintaan tinplate yang menyebabkan terjadi surplus persediaan tinplate dinegara tersebut. China melakukan ekspor tinplate dengan harga yang sangat kompetitif kebeberapa negara di Asia terutama Indonesia untuk mengurangi kelebihan persediaannya.
Hingga kuartal ke-3 ini merupakan upaya optimal yang dilakukan Latinusa dalam menghadapi serangan tinplate impor sebagai dampak krisis global. Latinusa membukukan kerugian sebesar Rp. 44.280 miliar dimana penjualan bersih menurun dari Rp. 998.280 miliar hingga kuartal yang sama tahun lalu menjadi Rp. 957.886 miliar.
Sejak awal tahun 2010 harga bahan baku terus meningkat, khususnya timah yang meningkat sebanyak kira-kira 70% selama setahun belakangan. Selain itu, terkait dengan harga tinplate impor yang sangat kompetitif, kami mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian harga. Laba bersih kami untuk kuartal 1 – 2011 adalah Rp 2,7 miliar, menurun sebanyak 90% jika dibandingkan dengan kuartal 1 – 2010, namun hanya 13% jika dibandingkan dengan kuartal 4 – 2010.
Peningkatan harga bahan baku yang telah terjadi sejak awal tahun 2010 sudah cenderung melandai di kuartal 2 – 2011, meskipun demikian kami belum dapat menyesuaikan harga jual produk dengan kenaikan harga bahan baku tersebut. Sehingga walaupun tonase penjualan kami hanya menurun sebanyak 12,2% dibandingkan semester 1 – 2010, yaitu menjadi sebanyak 50.938 ton, laba bersih kami tertekan menjadi Rp 3,3 miliar, menurun sebanyak 94% jika dibandingkan dengan semester 1 – 2010.
Krisis global yang melanda negara-negara seperti di Eropa, Amerika, dan Thailand saat ini mengakibatkan kondisi pasar menjadi tidak menentu. Berbagai permintaan kebutuhan khususnya makanan kemasan kaleng dari negara-negara tersebut berkurang cukup drastis yang menyebabkan permintaan tinplate pun berkurang, hal ini mengakibatkan produsen tinplate seperti China dan Thailand mengubah strategi pemasarannya menuju benua Asia terutama Indonesia.